Minggu, 13 Mei 2012

Jalan Untuk Mengenal Allah


RD. Agustinus Eko Wiyono
Apakah Allah itu sungguh dapat dirasakan di dalam perjalanan hidup kita manusia? Atau Allah itu adanya, hanya sebagai khayalan dan buatan angan-angan manusia sehingga menjadi ‘sesuatu’ yang semu atau khayalan belaka? Atau apakah kita dapat membuktikannya dalam realitas kehidupan yang sedang kita jalani ini?
Maka menyelami keberadaan Allah di dalam perjalanan hidup ini rasanya akan terus menjadi topik yang sangat menarik dan menantang bagi manusia yang terus menerus dalam situasi hidupnya mencari kebenaran yang mutlak ini. Atau apakah pengetahuan yang ada sekarang ini juga bisa membuktikan adanya Tuhan atau Allah yang menjadi pegangan  dalam hidup kita?
Kita berangkat dari manusia itu sendiri. Karena manusia diciptakan menurut citra Allah dan dipanggil untuk mengenal dan mencintai Allah, ia menemukan ‘jalan-jalan’ tertentu dalam pencarian Allah agar mencapai pengenalan akan Allah. Orang menamakan jalan jalan ini juga ‘pembuktian Allah’, bukan dalam arti ilmu pengetahuan alam, melainkan dalam arti argumen-argumen yang cocok dan meyakinkan, yang dapat menghantar kepada kepastian yang sungguh. "jalan-jalan" menuju Allah ini mempergunakan ciptaan - dunia material dan pribadi manusia - sebagai titik tolak.
Dunia. Dari gerak dan perkembangan, dari kontingensi, dari peraturan dan keindahan dunia, manusia dapat mengenal Allah sebagai sumber dan tujuan alam semesta.
Santo Paulus menegaskan mengenai orang kafir: "Karena siapa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab spa yang tidak tampak daripada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat tampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Roma 1:19-20) .
Dan santo Agustinus berkata: "Tanyakanlah keindahan bumi, tanyakanlah keindahan samudera,tanyakanlah keindahan udara yang menyebarluas,tanyakanlah keindahan langit .... tanyakanlah semua benda. Semuanya akan menjawab kepadamu: Lihatlah, betapa indahnya kami. Keindahan mereka adalah satu pengakuan [confessio]. Siapakah yang menciptakan benda-benda yang berubah, kalau bukan Yang Indah [Pulcher], yang tidak dapat berubah" (Sean. 241,2).
Manusia. Dengan keterbukaannya kepada kebenaran dan keindahan, dengan pengertiannya akan kebaikan moral, dengan kebebasannya dan dengan suara hati nuraninya, dengan kerinduannya akan ketidakterbatasan dan akan kebahagiaan, manusia bertanya-tanya tentang adanya Allah. Dalam semuanya itu ia menemukan tanda-tanda adanya jiwa rohani padanya. "Karena benih keabadian yang ia bawa dalam dirinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan asal dalam materi saja" (Gaudium et Spes 18,1), maka jiwanya hanya dapat mempunyai Tuhan sebagai sumber.
Dunia dan manusia memberi kesaksian bahwa mereka tidak memiliki sebab mereka yang pertama serta tujuan mereka yang terakhir dalam dirinya sendiri, tetapi . bahwa mereka hanya mengambil bagian dalam ADA yang tanpa titik awal dan titik akhir. Jadi melalui ‘jalan-jalan’ yang berbeda itu manusia dapat sampai kepada pengertian bahwa ads satu realitas, yang adalah sebab pertama dan tujuan akhir dari segala-galanya, dan realitas ini ‘dinamakan Allah oleh semua orang’ (Tomas Aqu., s.th. 1,2,3).
Kemampuan manusia menyanggupkannya untuk mengenal adanya Allah yang berkepribadian. Tetapi supaya manusia dapat masuk ke dalam hubungan yang akrab dengan Allah, maka Allah hendak menyatakan diri kepada manusia dan hendak memberikan rahmat kepadanya supaya dengan kepercayaan dapat menerima wahyu ini. Namun bukti-bukti mengenai adanya Allah dapat menghantar menuju kepercayaan dan dapat membantu supaya mendapat pengertian bahwa kepercayaan tidak bertentangan dengan akal budi manusia.
Maka melihat apa yang tejadi dalam hidup kita ini saja, kita mampu melihat dan diyakinkan bahwa Allah adalah pribadi yang benar ada dan realitasnya sungguh nyata dapat kita rasakan. Bukan hanya suatu khayalan atau buatan manusia melainkan realitas dan adanya Allah justru menampakkan bahwa kita ada karena ADANYA ALLAH dalam hidup kita ini. Kita mampu berkarya dan hadir dalam kehidupan sesama juga karena adanya ALLAH yang selalu membimbing dan mengarahkan hidup kita. Allah itu benar-benar ADA dan NYATA, maka mari kita wartakan dan hadirkan adanya ALLAH itu secara nyata di dalam hidup kita ini.