Kamis, 09 Februari 2012

“Maria telah bagian yang memilih terbaik”

(Kid 8: 6-7; Luk 10:38-42)
“ Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Luk 10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Skolastika, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Di dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan, kita harus menghadapi aneka macam tawaran yang harus kita pilih, olah dan geluti dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Jika yang ditawarkan jelas bedanya dan berbeda manfaat maupun keuntungannya, tentu dengan mudah kita akan memilih apa yang lebih bermanfaat dan mengutungkan alias memilih yang terbaik. Orang baik pada umumnya sering dihadapkan kepada tawaran atau pilihan yang sepintas kelihatan sama-sama baik, namun harus memilih satu yang terbaik, dan untuk itu kiranya tidak mudah serta membutuhkan pengorbanan ketika harus menentukan pilihan. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya”. Hal yang sama kiranya juga telah dilakukan oleh St.Skolastika yang telah memilih hidup sebagai perawan, tidak menikah serta kemudian mempeesembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keperawanannya tidak diserahkan kepada orang tertentu, melainkan kepada Tuhan, karena dengan demikian ia kemudian akan mampu melayani lebih banyak orang daripada hanya melayani orang tertentu yang telah diserahi keperawannya, yaitu suaminya. Maka dalam rangka mengenangkan St.Skolastika hari ini kami berharap kepada rekan-rekan perempuan yang masih perawan semoga juga ada yang tergerak untuk mempersembahkan keperawananya kepada Tuhan dengan menjadi suster atau biarawati. Sekiranya tidak menjadi biarawati atau suster baiklah mempersembahkan keperawanannya kepada lelaki yang menjadi suaminya, karena dengan demikian anda berarti juga tetap menjaga kesucian anda. Kepada anda yang telah bersuami kami harapkan setia pada suaminya serta tidak menjual diri kepada orang lain alias berselingkuh. Sebaliknya kepada para suami kami harapkan juga setia pada isterinya dan tidak berselingkuh.

Rabu, 08 Februari 2012

“Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya”

“Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (Mrk 7:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yang keluar dari seseorang antara lain: kata-kata melalui mulut, keringat melalui kulit, air seni/ kencing melaui alat kelamin dan tinja melalui dubur. Apa yang keluar tersebut pada umumnya berbau, tidak sedap dan tidak enak. Dari anggota-anggota tubuh di atas juga dapat muncul percabulan atau perzinahan, sedangkan “dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan”. Sabda hari ini mengingatkan kita agar dari hati kita timbul apa yang sebaliknya, yaitu pikiran dan perbuatan baik atau segala tingkah laku yang membuat tubuh, hati, pikiran dan jiwa kita semakin suci, bersih dari aneka macam dosa. Dengan kata lain kita diharapkan senantiasa berpikiran positif terhadap saudara-saudari dan lingkungan kita maupun aneka macam peristiwa yang sedang terjadi, sebagaimana sering muncul dari mulut orang-orang Jawa yang baik ketika melihat sesuatu peristiwa, misalnya: ada orang jatuh, untung tidak patah kakinya, terlambat datang, untung tetap hadir dst.. Maka dengan ini kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan laki-laki: ketika melihat gadis cantik, ayu, berpakaian bagus dst.. hendaknya tidak berpikiran cabul atau zinah, melainkan memuji Allah. Kepada kita semua: hendaknya ketika melihat uang atau barang berharga tertinggal tidak lalu berpikiran jahat untuk memilikinya, melainkan segera mengusahakan siapa pemiliknya serta menyerahkannya.

Senin, 06 Februari 2012

“Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

(1Raj 8:22-23.27-30; Mrk 7:1-13)
“Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." (Mrk 7:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang bersikap mental yuridis, begitu berpegang tegung pada aneka aturan. Semua aturan dibuat atas dasar cintkasih dan diundangkan atau diberlakukan agar orang  hidup saling mengasihi, dengan kata lain yang utama dan terutama adalah cintakasih bukan peraturan. Hal senada kiranya juga terjadi dalam diri umat beragama, yaitu lebih setia dan taat pada adat-istiadat para leluhur daripada ajaran agama. Sebagai contoh konkret: ada orang yang hendak menikahkan anaknya menurut perhitungan sebagaimana diberlakukan dalam adat-istiadat perihal hari dan jam, tidak mengikuti ajaran agamanya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih mengutamakan dan mengedepankan Firman/Sabda Allah daripada adat istiadat alias mengutamakan cintakasih daripada kebiasaan. Maka kami berharap agar anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin untuk dididik dan dibina dalam hal cintakasih daripada kebiasaan-kebiasaan atau dalam hal etika lebih mengutamakan nilai-nilai moral daripada nilai-nilai hukum maupun sopan santun. Nilai moral lebih luas dan universal daripada nilai hukum maupun sopan santun.

Rabu, 01 Februari 2012

"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri”


(2Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6)
“Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.” (Mrk 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Export minded”  itulah yang cukup mendominasi banyak orang pada masa kini, tidak hanya dalam hal sarana-prasarana teknologi yang canggih, tetapi juga dalam hal makanan seperti buah-buahan dll.. Memang dalam kenyataan yang berasal dari luar negeri sering kelihatan lebih berkwalitas dan dengan harga murah, sedangkan produksi dalam negeri cukup mahal dan kurang berkwalitas. Sikap mental orientasi menghargai apa yang berasal dari luar negeri ini kiranya menunjukkan sikap mental yang lebih mendalam, yaitu orang lebih menghargai orang lain/asing daripada saudara-saudari sendiri yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, entah itu anggota keluarga atau rekan kerj`. Memang menghargai dan mengasihi mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita cukup menantang dan sulit, sedangkan menghargai dan mengasihi orang lain/asing lebih mudah. Yang cukup memprihatinkan adalah relasi antar laki-laki dan perempuan yang menjadi suami-isteri: terhadap pasangannya sendiri kurang mesra sedangkan terhadap orang lain sangat mesra. Hemat saya jika kita tidak mampu menghargai dan mengasihi saudara sendiri, mereka yang setiap hari hidup bersama dengan kita, maka menghargai dan mengasihi orang lain, yang jauh berarti merupakan sebuah pelarian dari tanggungjawab, dan relasi dengan yang lain tersebut sebenarnya lebih bersifat menindas saja. Sebaliknya jika kita mampu mengasihi mereka yang dekat dengan kita setiap hari, maka mengasihi mereka yang jauh atau orang asing akan bersifat melayani.  Marilah dengan rendah hati kita saling menghargai dan mengasihi, antar kita yang hidup dan bekerja bersama setiap hari.