Senin, 11 Juni 2012

Dimuliakanlah Nama-Mu


Rm. Agustinus Eko Wiyono, Pr 
Bagaimana cara memuji dan memuliakan nama Tuhan itu? Apakah dengan berseru nama Tuhan-Tuhan dan memanggilnya dengan suara kita, itu sudah dikatakan memuji dan memuliakan nama Tuhan? atau ada tindakan lain yang bisa kita lakukan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan Allah yang kita sembah dalam hidup kita? Apakah dengan melakukan tindakan baik, amal kasih kepada sesama dan mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan dan sesama itu berarti kita juga telah meluhurkan nama Tuhan? apakah hanya melalui doa yang kita lantunkan dengan kata-kata yang indah saja, Tuhan itu dimuliakan oleh manusia?
Kita lihat saja apa yang kita doakan dalam doa yang diajarkan Yesus sendiri memuliakan doa Bapa Kami.
Permohonan pertama dalam terjemahan yang lazim dipakai umat Katolik di Indonesia berbunyi: "dimuliakanlah nama-Mu". Terjemahan lebih harfiah ialah: "dikuduskanlah nama-Mu".  Perkataan "kuduskan" di sini tidak boleh dimengerti dalam arti menyebabkan (hanya Allah menguduskan, membuat kudus) tetapi terutama dalam arti penilaian: mengakui sesuatu sebagai kudus dan memperlakukannya demikian. Karena itu seruan "dikuduskanlah..." dalam penyembahan kadang-kadang diartikan sebagai pujian dan syukur (Bdk. Mzm 111:9; Luk 1:49). Tetapi permohonan ini diajarkan oleh Yesus kepada kita dalam bentuk keinginan: inilah satu permohonan, satu kerinduan dan satu penantian di mana Allah dan manusia ikut terlibat. 
Permohonan pertama dari Bapa Kami sudah langsung membenamkan kita ke dalam misteri ke-Allah-an-Nya dan ke dalam karya keselamatan bagi umat manusia. Permohonan kita bahwa nama-Nya dikuduskan, memasukkan kita ke dalam "keputusan penuh rahmat yang diambil lebih dahulu" supaya dalam cinta,  kita hidup kudus dan tak bercela di hadapan Allah.  Tuhan menyatakan nama-Nya dalam kejadian-kejadian yang menentukan dalam tata keselamatan-Nya, di mana Ia menyelesaikan karya-Nya. Tetapi karya ini terjadi untuk kita dan di dalam kita hanya, apabila nama-Nya dikuduskan oleh kita dan di dalam kita. 
Kekudusan Allah adalah pusat misteri-Nya yang kekal, yang sukar didekati. Apa yang nyata tentang Dia dalam ciptaan dan dalam sejarah, dinamakan Kitab Suci kemuliaan, pancaran kemuliaan-Nya ( Bdk. Mzm 8; Yes 6:3). Allah memahkotai manusia "dengan kemuliaan dan hormat" (Mzm 8:6), karena Ia menciptakannya sebagai "gambar", seturut "rupa"-Nya (Kej 1:26). Tetapi oleh karena dosa, manusia "telah kehilangan kemuliaan Allah" (Rm 3:23). Dengan demikian Allah menyatakan kekudusan-Nya, dengan menyatakan dan menyampaikan nama-Nya, untuk menciptakan manusia baru "menurut gambaran Khaliknya" (Kol 3: 10).
Oleh janji kepada Abraham dan sumpah yang menguatkannya, Allah mewajibkan Diri, tetapi tanpa menyingkap nama-Nya. Baru kepada Musa Ia mulai menyatakannya dan Ia memperlihatkan nama-Nya itu di depan mata seluruh bangsa, dengan membebaskan mereka dari orang Mesir: "Ia menjadi tinggi
luhur" (Kel 15:1). Sejak perjanjian di Sinai bangsa ini menjadi milik-Nya; Ia 477 dipanggil untuk menjadi bangsa yang "kudus" (atau "ditahbiskan" - dalam bahasa Ibrani kata yang sama) karena nama Allah berdiam di dalamnya.  Allah, Yang Kudus  selalu secara baru lagi memberi kepada bangsa ini hukum yang kudus dan dengan memperhatikan nama-Nya sendiri, Ia selalu bersabar. Tetapi bangsa ini berpaling dari Yang Kudus Israel dan menajiskan nama-Nya di antara bangsa-bangsa. Karena itu orang-orang jujur dari Perjanjian Lama, orang miskin yang telah kembali dari pembuangan dan para nabi dipenuhi oleh semangat yang bernyala-nyala untuk nama-Nya.  Akhirnya dinyatakan dan diberikan kepada kita di dalam Yesus, nama Allah yang kudus di dalam daging sebagai penyelamat (Bdk. Mat 1:21; Luk 1:31). Ia dinyatakan oleh
pribadi-Nya, kata-kata-Nya dan oleh kurban-Nya (Bdk. Yoh 8:28; 17:8; 17:17-19).
Inilah inti doa Imam Agung: Bapa yang kudus "Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya
mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:19). Oleh karena Yesus sendiri "menguduskan" nama-Nya,  maka Ia "mewahyukan" nama Bapa (Yoh 17:6). Pada akhir Paska-Nya, Bapa menganugerahkan kepada-Nya nama yang lebih besar daripada segala nama: Yesus adalah Tuhan demi kemuliaan Allah, Bapa

Dalam air Pembaptisan kita telah dibersihkan, dikuduskan, dan "dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita" (1 Kor 6:11). Allah telah memanggil kita, supaya "menjadi kudus" dalam seluruh kehidupan kita ( 1 Tes 4:7): "Oleh Dia kamu berada dalam Yesus Kristus, yang oleh Allah telah menjadi
kekudusan bagi kita" (1 Kor 1:30). Permohonan, agar nama-Nya dikuduskan di dalam kita dan oleh kita, menyangkut kehormatan-Nya dan kehidupan kita. Karena itu permohonan pertama sangat mendesak. "Oleh siapa Allah dapat dikuduskan, karena Dia sendiri yang menguduskan? Tetapi karena Ia sendiri telah mengatakan: 'Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus'(Im 20:26), kita lalu memohon, bahwa kita yang dikuduskan dalam Pembaptisan, berpegang teguh pada keberadaan yang telah
mulai diberikan kepada kita. Dan untuk itu kita berdoa hari demi hari; karena kita membutuhkan pengudusan setiap hari, supaya kita yang berdosa setiap hari, dapat membersihkan lagi dosa-dosa kita oleh pembasuhan yang terus menerus
... Kita berdoa, supaya pengudusan ini tinggal di dalam kita" Bergantung pada kehidupan dan sekaligus pada doa kita apakah nama-Nya dikuduskan di antara bangsa-bangsa: "Kita berdoa, agar Allah menguduskan nama-Nya, yang oleh kekudusan-Nya menyelamatkan dan menguduskan seluruh ciptaan ... Itulah nama yang memberikan kembali keselamatan, yang telah hilang, kepada dunia. Tetapi kita berdoa, supaya nama Allah dikuduskan di dalam kita oleh kehidupan kita.
Kalau kita berbuat baik, nama Allah dipuji; kalau kita berbuat buruk, maka Ia akan dihujah sesuai dengan perkataan Rasul: 'Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujah di antara bangsa-bangsa' (Rm 2:24; Yeh 36:20-22). Karena itu kita berdoa, supaya memperoleh sekian banyak kekudusan di dalam
hati kita, sebagaimana nama Allah kudus adanya" 
"Kalau kita mengatakan: 'dikuduskanlah nama-Mu', kita berdoa, agar Ia dikuduskan di dalam kita yang sudah menjadi milik-Nya, demikian pula di dalam orang lain yang masih dinantikan rahmat Allah, sehingga dengan demikian kita juga patuh kepada peraturan, supaya berdoa bagi semua orang, juga bagi musuh-musuh kita. Karena itu, kita tidak secara khusus berdoa 'dikuduskanlah nama-Mu di dalam kami', karena kita berdoa agar Ia dikuduskan dalam semua manusia". Kita meneladan doa Yesus sendiri, Yesus berdoa dalam doa Imam Agung-Nya: "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku" (Yoh 17:11). Mari memuji dan meluhurkan nama Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar