Rabu, 04 Juli 2012

Berilah Kami Rezeki

 RD. Agus Wijatmiko
“Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia yang serakah,” demikian salah satu ajaran dari Mahatma Gandhi. Tentu saja Gandhi bukan tanpa sebab  berkata-kata demikian. Situasi India yang dia lihat sungguh mencermin jurang perbedaan yang sangat lebar antara si miskin dan si kaya. Gandhi memiliki keyakinan bahwa bumi yang diciptakan oleh Tuhan sebenarnya sangat mencukupi untuk semua mahluk yang hidup di dalamnya. Namun dalam kenyataannya masih begitu banyak manusia-manusia yang harus berada dalam kemiskinan dan kelaparan.
Kemiskinan dan kelaparan yang terjadi bukanlah yang ditentukan oleh Tuhan tetapi terkadang menjadi situasi yang terjadi karena ketidak-adilan. Manusia sendirilah yang menciptakan jurang yang lebar. Ketamakan manusialah yang menjadi penyebab ketidak-adilan itu. Ketamakan manusia telah ada sejak manusia ada di muka bumi. Kisah yang paling klasik adalah Kain dan Habel menjadi salah satu sejarah yang mengawali bagaimana Kain putra  Adam oleh sebab keserakahannya akhirnya membunuh Habel, adiknya (bdk. Kej 4: 3-8). Manusia memang cenderung menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus), dan seringkali menjadi korban adalah orang-orang yang paling lemah di masyarakat.
Dalam kisah penciptaan, ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia telah menyiapkan segala sesuatunya bagi hidup manusia (bdk. Kej 1: 1-31). Tuhan tidak membiarkan manusia hidup dalam penderitaan kemiskinan dan kelaparan. Tuhan yang peduli akan hidup manusia kembali diingatkan oleh Yesus Kristus melalui doa yang diajarkan kepada para murid-Nya, yaitu doa Bapa Kami. Di dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan agar kita secara pribadi memohon agar Tuhan memberikan rejeki untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.
Yesus mengajarkan kepada semua manusia untuk memohon kepada Tuhan seperti kita memohon kepada Bapa kita sendiri. Kita diajarkan untuk memohon segala sesuatu yang penting bagi hidup kita. Dengan mengajukan permohonan kepada Tuhan, sebenarnya kita diundang Tuhan Yesus untuk mengakui kebaikan-Nya yang tiada taranya. Kebaikan Tuhan itu tidak pilih kasih; Dia yang menciptakan matahari baik bagi orang yang baik maupun bagi orang jahat, baik bagi orang yang saleh mamupun bagi seorang koruptor.
Dalam Doa Bapa Kami ada ungkapan “berilah kami rejeki pada hari ini” yang secara eksplisit mau mengatakan bahwa rejeki itu bukan hanya milik pribadi yang berdoa kepada Tuhan namun juga milik semua manusia. Karena Tuhan itu bukan hanya milik pribadi-pribadi tertentu melainkan juga Tuhan bagi semua manusia. Ungkapan ‘berilah kami’ juga merupakan ungkapan perjanjian bahwa kita ini adalah milik Tuhan dan pengakuan kita bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan apa yang kita butuhkan untuk hidup. Dan melalui kata “kami” kita mengakui bahwa Tuhan adalah Bapa semua manusia. Maka ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita berdoa pula bagi semua manusia sambil menjadikan kebutuhan dan penderitaan orang-orang yang menderita sebagai keprihatinan kita juga yang berdoa memohon rejeki kepada Tuhan.
Ungkapan “rejeki” merupakan ungkapan keyakinan bahwa Tuhan yang senantiasa memperhatikan hidup kita pasti akan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani yang berguna bagi kehidupan kita. Dalam kotbah di bukit, Yesus mengajarkan sebuah kepercayaan di mana kita merasa terjamin dalam penyelenggaraan Bapa. Dengan itu  Yesus menginginkan agar kita dibebaskan dari segala kesusahan dan kecemasan. Ada orang yang lapar karena mereka tidak mempunyai makanan. Kenyataan ini mengungkapkan satu arti yang lebih dalam dari permohonan “berilah kami rejeki”. Kelaparan di dunia yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari mengajak semua orang kristen yang mau berdoa secara jujur supaya melaksanakan tanggung jawabnya terhadap mereka yang kelaparan baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini berkaitan dengan sikap pribadi kita untuk bersolider dengan seluruh umat manusia terutama mereka yang sedang mengalami kelaparan. Oleh sebab itu ketika kita berdoa Bapa Kami secara jujur, maka kita juga mendoakan mereka yang sedang mengalami penderitaan dan kita terpanggil untuk memberikan mereka makan baik makanan jasmani maupun makanan rohani. Masih banyak orang yang menderita sebagai korban ketidak-adilan. Oleh sebab itu dengan berdasarkan doa Bapa kami di mana kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kita rejeki pada hari ini, maka kita terpanggil juga untuk memperhatikan dan memberikan makanan bagi sesama kita yang menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar