RD. Agus Wijatmiko
“Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua,
namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia
yang serakah,” demikian salah satu ajaran dari Mahatma Gandhi. Tentu
saja Gandhi bukan tanpa sebab berkata-kata demikian. Situasi India
yang dia lihat sungguh mencermin jurang perbedaan yang sangat lebar
antara si miskin dan si kaya. Gandhi memiliki keyakinan bahwa bumi yang
diciptakan oleh Tuhan sebenarnya sangat mencukupi untuk semua mahluk
yang hidup di dalamnya. Namun dalam kenyataannya masih begitu banyak
manusia-manusia yang harus berada dalam kemiskinan dan kelaparan.
Kemiskinan
dan kelaparan yang terjadi bukanlah yang ditentukan oleh Tuhan tetapi
terkadang menjadi situasi yang terjadi karena ketidak-adilan. Manusia
sendirilah yang menciptakan jurang yang lebar. Ketamakan manusialah
yang menjadi penyebab ketidak-adilan itu. Ketamakan manusia telah ada
sejak manusia ada di muka bumi. Kisah yang paling klasik adalah Kain
dan Habel menjadi salah satu sejarah yang mengawali bagaimana Kain
putra Adam oleh sebab keserakahannya akhirnya membunuh Habel, adiknya
(bdk. Kej 4: 3-8). Manusia memang cenderung menjadi serigala bagi
manusia lainnya (homo homini lupus), dan seringkali menjadi korban
adalah orang-orang yang paling lemah di masyarakat.
Dalam
kisah penciptaan, ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia telah
menyiapkan segala sesuatunya bagi hidup manusia (bdk. Kej 1: 1-31).
Tuhan tidak membiarkan manusia hidup dalam penderitaan kemiskinan dan
kelaparan. Tuhan yang peduli akan hidup manusia kembali diingatkan oleh
Yesus Kristus melalui doa yang diajarkan kepada para murid-Nya, yaitu
doa Bapa Kami. Di dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan agar kita
secara pribadi memohon agar Tuhan memberikan rejeki untuk memenuhi
kebutuhan hidup kita.
Yesus mengajarkan kepada
semua manusia untuk memohon kepada Tuhan seperti kita memohon kepada
Bapa kita sendiri. Kita diajarkan untuk memohon segala sesuatu yang
penting bagi hidup kita. Dengan mengajukan permohonan kepada Tuhan,
sebenarnya kita diundang Tuhan Yesus untuk mengakui kebaikan-Nya yang
tiada taranya. Kebaikan Tuhan itu tidak pilih kasih; Dia yang
menciptakan matahari baik bagi orang yang baik maupun bagi orang jahat,
baik bagi orang yang saleh mamupun bagi seorang koruptor.
Dalam
Doa Bapa Kami ada ungkapan “berilah kami rejeki pada hari ini” yang
secara eksplisit mau mengatakan bahwa rejeki itu bukan hanya milik
pribadi yang berdoa kepada Tuhan namun juga milik semua manusia. Karena
Tuhan itu bukan hanya milik pribadi-pribadi tertentu melainkan juga
Tuhan bagi semua manusia. Ungkapan ‘berilah kami’ juga merupakan
ungkapan perjanjian bahwa kita ini adalah milik Tuhan dan pengakuan
kita bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan apa yang kita butuhkan untuk
hidup. Dan melalui kata “kami” kita mengakui bahwa Tuhan adalah Bapa
semua manusia. Maka ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita berdoa pula
bagi semua manusia sambil menjadikan kebutuhan dan penderitaan
orang-orang yang menderita sebagai keprihatinan kita juga yang berdoa
memohon rejeki kepada Tuhan.
Ungkapan
“rejeki” merupakan ungkapan keyakinan bahwa Tuhan yang senantiasa
memperhatikan hidup kita pasti akan memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani yang berguna bagi kehidupan kita. Dalam kotbah di bukit, Yesus
mengajarkan sebuah kepercayaan di mana kita merasa terjamin dalam
penyelenggaraan Bapa. Dengan itu Yesus menginginkan agar kita
dibebaskan dari segala kesusahan dan kecemasan. Ada orang yang lapar
karena mereka tidak mempunyai makanan. Kenyataan ini mengungkapkan satu
arti yang lebih dalam dari permohonan “berilah kami rejeki”. Kelaparan
di dunia yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari mengajak semua
orang kristen yang mau berdoa secara jujur supaya melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap mereka yang kelaparan baik secara jasmani maupun
rohani. Hal ini berkaitan dengan sikap pribadi kita untuk bersolider
dengan seluruh umat manusia terutama mereka yang sedang mengalami
kelaparan. Oleh sebab itu ketika kita berdoa Bapa Kami secara jujur,
maka kita juga mendoakan mereka yang sedang mengalami penderitaan dan
kita terpanggil untuk memberikan mereka makan baik makanan jasmani
maupun makanan rohani. Masih banyak orang yang menderita sebagai korban
ketidak-adilan. Oleh sebab itu dengan berdasarkan doa Bapa kami di mana
kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kita rejeki pada hari ini,
maka kita terpanggil juga untuk memperhatikan dan memberikan makanan
bagi sesama kita yang menderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar